Chat with me

Selasa, 18 Desember 2007

KEAJAIBAN SHADAQAH 2

Kisah ini terjadi pada abad ke-14 Hijriyah di Wadil Aflaj. Ada seorang lelaki keluar dari rumahnya untuk mencari air, namun ia tidak mendapatkan air di sekitarnya. Kemudian ia masuk ke sebuah tempat yang bernama Duhl. Duhl adalah sebuah tempat seperti gua yang terletak di lereng gunung, biasanya air hujan terkumpul di tempat tersebut, sehingga orang-orang mengambil airnya ketika musim panas. Ternyata ia tersesat di situ dan tidak ada penunjuk jalan. Ketika ia sedikit menjauh dari tempat tersebut dan tersadar bahwa dirinya telah tersesat serta tidak mampu untuk keluar, ia lantas duduk di situ sambil menunggu siapa tahu ada di antara keluarganya yang datang mencarinya. Ia belum sampai ke tempat air, padahal ia sudah lama menunggu. Ia pun merasa sangat lapar dan haus, lantas ia mengangkat kedua tangannya memohon kepada Robbnya. Tiba-tiba ada sebuah bejana di depannya. Dengan antusias ia segera mengangkat bejana tersebut ke mulutnya, ternyata isinya adalah susu sapi segar. Ia tinggal di tempat tersebut selama 15 hari dalam keadaan demikian kecuali di hari terakhir, ia tidak mendapatkan susu seperti biasanya. Setelah lama mencari, di hari terakhir itulah akhirnya para keluarga menemukan dirinya. Begitu kagetnya mereka melihat ia masih hidup meskit inggal sendirian di tempat tersebut sekian lamanya. Mereka lantas menanyainya, tapi ia tidak menjawab pertanyaan mereka. Justru ia balik bertanya kepada mereka, “Apa yang kalian kerjakan terhadap si Fulan, apakah kalian memberinya susu?” –ternyata setiap harinya, mereka memberi susu sapi kepada anak-anak yatim tetangganya-. Mereka menjawab, “Setiap hari, kami mengirimi susu kepada mereka kecuali hari kemarin.” Ia berkata, “Ya, aku sudah tahu itu.” Mereka balik bertanya “Bagaimana engkau bisa mengetahuinya?” Akhirnya, ia pun memberitahukan kepada mereka tentang datangnya susu yang melimpah kepadanya setiap hari kecuali hari kemarin.

Dikutip dari buku “Shadaqah memang Ajaib” (Kitab Fi Zhilali ‘Arsyi ‘r-Rohman karya Syaikh ‘Athiyyah Muhammad Salim)


Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ, وَمَازَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا, وَماَ تَوَاضَعَ أَحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ


“Harta itu tidak akan berkurang karena dishodaqohkan, Allah tidak akan menambah seorang hamba yang suka memaafkan kecuali kemuliaan. Dant idaklah seseorang itu berlaku tawadhuk kepada Allah kecuali Allah akan meninggikan derajatnya.”

Pada hakikatnya, harta akan berkurang jika diberikan kepada orang lain, akan tetapi menurut hadits Rasulullah harta tidak akan berkurang jika disedekahkan/ diinfakkan. Ya benar!, Ada dua kemungkinan, jika bukan di dunia maka Allah akan menggantinya di akhirat, begitulah janji Allah. Dalam kisah di atas, seorang lelaki yang rajin bershodaqah dengan memberikan susu sapi segar kepada anak yatim tetangganya diselamatkan oleh Allah ketika ia tersesat, sementara tidak ada sesuatu pun di tempat tersebut, kemudian Allah menolongnya dengan memberikan susu segar kepada lelaki tersebut dan akhirnya ia mampu bertahan hidup selama 15 hari. Subhanallah!!!, betapa ajaibnya shadaqah !. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah yang diriwayatkan dari Sa’ad bin Ubadah, Ia berkata, Aku bertanya, “Wahai Rasulullah apakah shodaqoh yang paling utama?” Beliau menjawab, “Memberi minum kepada orang lain.” Diriwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah pernah ditanya, “Shadaqah apa yang paling mengagumkan Anda?” Beliau menjawab, “Shadaqah yang berupa air.” Wahai saudaraku, apakah yang menghalangi kita untuk bersedekah? Wahai saudaraku jauhilah perbuatan kikir! Sebab perbuatan kikir adalah perbuatan yang tercela dan salah satu hal yang menyebabkan kita terdampar ke Api Neraka! Na’udzubillahi Min Dzaalik, Wahai saudaraku! Bershadaqahlah walaupun sekecil apapun, walaupun hanya senyuman sebab senyuman kepada saudara kita merupakan shadaqah, Bershadaqalah ! walaupun hanya memberikan segelas air kepada orang lain sebab itu merupakan suatu kebaikan dan merupakan shadaqah yang paling utama menurut hadits di atas, ingatlah kisah di zaman Rasulullah ketika terjadi peperangan, ketika itu ada tiga orang sahabat yang menghadapi sakaratul maut dan membutuhkan segelas air, pada waktu itu hanya ada segelas air, maka diberikanlah kepada sahabat yang pertama, lalu apa jawabannya? “Berikanlah kepada si fulan, mungkin saja ia lebih butuh dari saya!”, lalu diberikanlah segelas air tersebut ke sahabat yang kedua, jawabannya sama “Berikanlah kepada si fulan, mungkin saja ia lebih butuh dari saya!”, diberikanlah kepada sahabat yang ketiga dan ternyata jawabannya tetap sama “Berikanlah kepada si fulan, mungkin saja ia lebih butuh dari saya!”. Lalu segelas air itu diberikan kepada sahabat yang pertama, dan apa yang terjadi? Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raaji’un, Ia telah syahid, sahabat yang kedua dan ketiga pun demikian Ia telah menemui Ajalnya menghadap Rabbnya.

Kamis, 15 November 2007

Seekor burung mengucapkan lafadz Allah

Keajaiban Shadaqah

"Jangan biarkan masa lalu mengekangmu atau masa depanmu membuatmu bingung, lakukan yang terbaik HARI INI dan lakukan sekarang juga".
Hari kemarin, Anda tak bisa mengubah apa pun yang telah terjadi. Anda tak bisa menarik perkataan yang telah terucapkan. Anda tak mungkin lagi menghapus kesalahan atau mengulangi kegembiraan yang Anda rasakan kemarin. Masa lalu telah mati.
Pintu masa lalu telah terutup, Pintu masa depan pun belum tiba. Pusatkan saja diri Anda untuk hari ini. Anda dapat mengerjakan lebih banyak hal hari ini bila Anda mampu memaafkan hari kemarin dan melepaskan ketakutan akan esok hari. Lakukan yang terbaik.
Sy memiliki sebuah cerita yang semoga mampu menggugah Anda. Cerita ini ditulis oleh darknessking tentang kisah2 inspiratif makna langkah terbaik dalam melakukan sesuatu dengan ikhlas.
Suatu hari, seorang anak lelaki miskin yang hidup dan menjual asongan dari pintu ke pintu, menemukan bahwa di dikantongnya hanya tersisa uang beberapa sen, dan ia sangat lapar.
Anak lelaki tersebut memutuskan untuk meminta makanan dari rumah berikutnya. AKan tetapi anak itu kehilangan keberanian saat seoran gwanita muda membuka pintu rumah. ANak itu tidak jadi meminta makanan, ia hanya berani meminta segelas air.
Wanita muda itu melihat, dan berpikir bahwa anak lelaki dihadapannya pastilah lapar. Oleh karena itu ia membawakan segelas air susu.
Anak lelaki itu meminumnya dengan lambat, dan kemudian bertanya, "Berapa saya harus membayar untuk segelas besar susu ini?" Wanita itu menjawab : "Kamu tidak perlu membayar apapun."
"Ibu kami mengajarkan untuk tidak menerima bayaran untuk kebaikan," kata wanita itu menambahkan.
Anak lelaki itu kemudian menghabiskan susunya dan berkata : "Dari dalam hatiku aku berterima kasih pada Anda".
Bertahun-tahun kemudian, wanita muda tersebut mengalami sakit yang sangat kritis. Para dokter di kota itu sudah tidak sanggup menanganinya. Mereka akhirnya mengirimnya ke kota besar, di mana terdapat dokter spesialis yang mampu menangani penyakit langka tersebut.
Dr. Howard dipanggil untuk melakukan pemeriksaan. Pada saat ia mendengar nama kota asal si wanita tersebut, terbesit sebekeras pancaran aneh pada mata Dr. Howard. Segera ia bangkit dan bergegas turun melalui hall rumahsakit, menuju kamar si wanita tersebut. Dengan berpakaian jubah kedokteran ia menemui si wanita itu.
Ia langsung mengenali wanita itu pada sekali pandang. Ia kemudian kembali ke ruang konsultasi dan memutuskan akan melakukan upaya terbaik untuk menyelamatkan nyawa wanita itu. Mulai hari itu, ia selalu memberikan perhatian khusus pada kasus wanita itu
Setelah melalui perjuangan yang panjang, akhirnya diperoleh kemenangan. Wanita itu sembuh!!!. Dr. Howar meminta bagian keuangan rumah sakit untuk mengirimkan seluruh tagihan biaya pengobatankepadanya untuk persetujuan.
Dr. Howard melihatnya, dan menuliskan sesuatu pada pojok atas lembar tagihan, dan kemudian mengirimkannya ke kamar pasien.
Wanita itu takut untuk membuka tagihan tersebut, ia sangat yakin bahwa ia tak akan mampu membayar tagihan tersebut walaupun harus diangsung seumur hidupnya. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk membaca tagihan tersebut. Dan ada sesuatu yang menarikan perhatiannya pada pojok atas lembar tagihan tersebut. Ia membaca tulisan yang berbunyi : "Telah dibayar lunas dengan segelas besar susu!" Tertanda, Dr. Howard Kelly.
Air mata kebahagiaan membanjiri matanya. Ia berdoa : "Ya Allah, terima kasih, bahwa cintamu telah memnuhi seluruh bumi melalui hati dan tangan manusia."

Dikutip dari Buku "30 hari mencari Jati Diri", penulis : Aris Ahmad Jaya

Masya Allah, kisah ini benar-benar menggambarkan betapa Maha Pemurahnya Allah عزوجل, benarlah firman Allah :
مثل الذين ينفقون أموالهم في سبيل الله مكثل حبة أنبتت سبع سنابل في كل سنبلة مئة حية والله يضاعف لمن يشاء و الله واسع عليم

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji. Allah melipatkan gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Ayat ini merupakan salah satu keutamaan dari Shadaqah, dimana pada cerita di atas shadaqah seorang wanita yang memberikan segelas susu kepada fakir miskin ditukar oleh Allah dengan diselamatkannya wanita tsb dari sakit parah yang dideritanya bahkan kematian hampir menghampirinya, ya..kalau dihitung2 harga segelas susu tak seberapa dengan harga nyawa. Masih banyak lagi keajaiban shadaqah, Insya Allah akan dilanjutkan...

Selasa, 28 Agustus 2007

KONSEP DAN METODE RUQYAH SYAR’IYYAH

(Oleh Muhammad Qasim Saguni)*

A. PENDAHULUAN

Kesurupan merupakan fenomena penyakit yang terjadi di hampir seluruh penjuru negeri kita. Bahkan juga terjadi di negeri jiran Malaysia dan Singapura. Yang menarik perhatian karena hal tersebut terjadi secara massal (baca: bersamaan) di satu sekolah dan menimpa siswa-siswi bahkan tidak luput juga gurunya.

Al Hafidz Ibnu Hajar Al Atsqalani Rahimahullah dalam “Fathul Baary” mengatakan kesurupan bisa jadi karena gangguan jin, dan tidak terjadi kecuali dari mereka yang berjiwa kotor; kemungkinan karena baiknya sebagian jenis manusia atau karena manusia menimpakan gangguan kepadanya.

Kesurupan pada hakikatnya adalah masuknya jin ke dalam tubuh manusia dari berbagai jalan, umumnya masuk lewat kepala dan menetap di otak manusia, dari otak inilah kemudian jin mengendalikan penyakit ke seluruh tubuh. Proses masuknya jin dalam tubuh manusia bisa terjadi dengan cara bekerjasama dengan manusia (tukang sihir, dukun, paranormal dan orang pintar) dan bisa juga masuk secara mandiri tanpa bekerjasama dengan manusia. Kesurupan merupakan gejala nyata dari gangguan jin atau sihir yang dilancarkan oleh orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya. (Lihat QS.Al Baqarah / 2 : 275).

Jika fenomena kesurupan ini tidak disikapi dan diantisipasi menurut syari’at Islam, maka dikhawatirkan kita terjatuh dalam kekufuran bahkan kesyirikan yang dapat menghapuskan segala amal-amal kebaikan (Lihat QS.Az Zumar / 39:65)

B. Ruqyah Syar’iyyah Sebagai Solusi Selamat

Al Qur’anul Karim merupakan konsep multidimensi, termasuk berfungsi sebagai penawar/obat. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Artinya : Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian (QS.Al Isra: 82 )

Kalau agama kita menyiapkan solusi terhadap masalah yang kita hadapi, maka untuk apa kita mencari solusi lain yang mengancam keselamatan dunia dan akhirat kita.

Terapi penyakit dengan membacakan ayat-ayat Al Qur’an dan do’a-do’a yang diajarkan oleh Nabi SAW kepada penderita disebut dengan “Ruqyah Syar’iyyah”. Prinsip terapi ini adalah mengharapkan kesembuhan dari Allah ‘Azza Wa jalla lewat perantaraan ayat-ayatNya, dengan tidak menyandarkan kesembuhan pada dzat Al Qur’an. Prinsip lain adalah tidak menggunakan jasa jin (al Isti’anah bil Jin), sebab hukum ber-isti’anah dengan jin adalah haram. Prinsip inilah yang membedakan dengan konsep terapi Perdukunan, Sihir, Paranormal dan Orang-orang pintar.

Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu pernah mengobati orang yang kesurupan (mashru’ ) dengan membacakan Al Qur’an dan dibenarkan oleh Nabi SAW. Abu Ya’la meriwayatkan dari Hanasy Ash Shagahani: dari Abdullah bin Mas’ud bahwa ia pernah membaca di telinga orang yang kena jin lalu sembuh. Kemudian Nabi SAW bertanya kepadanya: “Apa yang kamu baca ditelinganya?”. Ibnu Mas’ud berkata, aku baca: “ Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abatsa……” sampai akhir surat. Lalu Nabi SAW bersabda: “Sekiranya ada orang yang mendapatkan taufiq membacanya kepada gunung niscaya akan pecah”.

B. Metode Ruqyah Syar’iyyah

Kesiapan Pasien:

Sebelum diobati, hendaklah si pasien di beri persiapan-persiapan sebagai berikut:

1. Si pasien dan keluarganya diberi pengetahuan dan petuah-petuah tentang aqidah Islam yang benar dan murni sehingga hatinya terlepas dari ketergantungan terhadap selain Allah.

2. Jelaskan perbedaan metode pengobatan yang anda tempuh dengan metode pengobatan yang dilakukan oleh ahli sihir dan dukun, serta jelaskan kepada si pasien bahwa Al-Qur’an itu mengandung obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

3. Jika si pasien itu memakai jimat-jimat, maka hendaklah di buang dan di bakar.

4. Jika si pasien itu wanita, maka persiapan pengobatan hendaklah ditambah dengan hal-hal berikut :

a. Janganlah dimulai pengobatan kecuali jika pakaiannya sudah rapi dan tertutup, yang sekiranya tidak akan tersingkap pada saat pengobatan berlangsung.

b. Janganlah dimulai pengobatan kecuali jika terdapat seorang muhrim yang menemaninya.

c. Janganlah diperkenankan orang lain yang bukan mahramnya masuk ke dalam tempat pengobatan itu.

Kesiapan Roqi(Yang mengobati)

Salah satu faktor keampuhan terapi ini adalah ilmu, aqidah dan kekuatan Iman yang dimiliki oleh roqi. Karena itu beberapa sifat yang harus dimiliki oleh roqi adalah sebagai berikut:

1. Hendaklah ia mempunyai aqidah yang bersih dan murni yaitu Aqidah Generasi As Salaf As Sholih

2. Hendaklah merealisasikan tauhid yang murni dalam ucapan dan perbuatannya.

3. Hendaklah ia yakin (dengan seyakin-yakinnya) bahwa firman Allah mempunyai pengaruh yang dahsyat untuk mengusir jin dan setan.

4. Hendaknya ia mengetahui seluk-beluk jin dan setan.

5. Hendaknya ia sudah beristri atau bersuami.

6. Hendaknya menjauhi perbuatan-perbuatan haram yang menjadi penyebab masuknya setan.

7. Hendaknya konsekuen dengan kepatuhan dan ketaatan beragama, karena hal itu menjadi perisai dari gangguan setan.

8. Hendaknya ia senantiasa berdzikir kepada Allah, karena hal itu menjadi benteng terkuat untuk menangkal serangan setan. Dan ini biasa dilakukan Rasulullah dalam kehidupan beliau sehari-hari.

9. Hendaklah berniat ikhlas karena Allah ketika mengobati dan semata-mata bermaksud untuk menolong orang yang teraniaya (kesurupan) itu.

10. Hendaklah ia memohon kepada Allah agar berkenan membantunya dalam mengusir setan.

11. Jauhkanlah tempat pengobatan itu dari lagu-lagu, musik dan lainnya.

12. Jauhkanlah tempat pengobatan itu dari perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum seperti: laki-laki memakai emas atau wanita yang bermake-up dan pamer aurat.

13. Membuang gambar-gambar yang menjurus pada kesyirikan dan menjauhkan anjing dari rumah, agar malaikat sudi masuk ke dalamnya.

14. Jika ia perempuan maka ia dan yang diobati wajib menutup aurat secara benar.

Tahap Terapi

1. Dalam melakukan terapi, pertama-tama hendaklah anda meletakkan tangan anda di atas kepala si pasien, lalu bacalah surat dan ayat-ayat yang dapat mengusir setan (Lihat Lampiran Ayat-ayat dalam buku Kesurupan Jin dan terapinya). Metode ini akan mempengaruhi jin dengan salah satu dari dua hal:

a). Jin itu terusir dan keluar dari tubuh pasien tanpa berbicara sedikitpun kepada anda. Dan untuk ini anda telah dicukupkan oleh Allah dari kejahatannya.

b). Timbul gejala tarik menarik dan goncangan jin pada si pasien dimana ia berusaha untuk dapat berbicara dengan anda. Untuk itu kita berusaha mengusir dan mengeluarkan jin itu dari tubuh si penderita.

2. Jika jin tersebut menyatakan kesediaannya untuk keluar dari tubuh penderita, maka diambil janjinya, sebagai berikut:

“Aku (jin) berjanji kepada Allah untuk keluar dari jasad ini. Dan aku berjanji tidak akan kembali kepadanya dan kepada salah seorang dari kaum muslimin. Jika aku ingkar terhadap janji ini, mudah-mudahan Allah, malaikat dan seluruh manusia melaknatku. Ya Allah, jika aku benar (akan keluar), maka permudahlah jalan keluar bagiku. Dan jika aku dusta, maka kuatkanlah kaum muslimin terhadapku. Sesungguhnya Allah sebagai saksi terhadap apa yang kuucapkan.”

3. Tetapi jika jin tersebut tetap membandel, maka bacakan terus ayat-ayat Al Qur’an sehingga ia merasa kepanasan, kesakitan dan menyatakan kesiapan keluar.

Wallahu Ta’ala A’la Wa ‘Alam


* Disajikan dalam acara Seminar menyingkap Misteri Alam Ghaib, diselenggarakan oleh Wahdah Islamiyah cabang Muna, pada hari Kamis, 26 Rabi’ul Akhir 1427H -25 Mei 2006 M

ISTIQAMAH DALAM BERAQIDAH TAUHID

Oleh : Muhammad Qasim Saguni

Menjadi orang yang istiqamah dalam beraqidah tauhid merupakan dambaan setiap Mu’min sejak generasi dahulu (As Salafus Shalih) sampai generasi di akhir zaman. Betapa tidak, nilai dan derajat seseorang di sisi Allah Azza Wa Jalla terletak pada keistiqamahannya didalam memegang teguh nilai-nilai ajaran aqidah yang benar (Al Islam) sampai ia meninggalkan dunia yang fana ini. Jaminan yang menantinyapun tidak tanggung-tanggung berupa tempat kenikmatan yang tiada taranya yaitu Syurga (Lihat Al Qur’an Surah Fushshilat(41) ayat 33. Dan diantara ketakutan yang paling sangat dari para sahabat Nabi sekalipun adalah takut mengakhiri hidupnya dalam keadaan tidak istiqamah dengan aqidah tauhid, padahal mereka itu dikatakan oleh Nabi sebagai “Khairun Naas” ( sebaik-baik manusia).

Untuk mencapai derajat itu kita mesti siap mengorbankan harta, perasaan, waktu, fikiran, bahkan jiwa sekalipun demi mempertahankan nilai yang sangat tinggi itu. Lihat firman Allah dalam surat Ali Imran (3) ayat 142.

Konsep ini telah diperankan dengan sebaik-baiknya oleh para Nabi dan Rosul ‘Alaihimus Shalatu was Salam serta para Sahabat Radiyallahu ‘Anhum ‘Ajmain sehingga mereka itu dijadikan oleh Allah sebagai standar dan teladan dalam beristiqamah dengan aqidah tauhid.

Esensi Istiqamah

Nabi memberikan isyarat tentang esensi sesungguhnya dari sifat istiqamah di dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :

وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا

Artinya : Sesungguhnya amalan-amalan itu terletak pada penghabisan (umur)nya.

Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa esensi dari istiqamah adalah komitmen dengan aqidah tauhid dengan berbagai tuntutan dan konsewensinya sampai akhir hayat. Orang yang mati dalam keadaan seperti ini disebut juga dengan “Husnul Khatimah”. Itulah sebabnya seseorang yang sekarang ini melakukan amalan-amalan baik (amalan ahli syurga) tidak boleh terburu-buru kita klaim telah Istiqamah, sebaliknya orang yang sampai sekarang ini masih juga bergelimang dengan amalan-amalan ahli neraka tidak boleh pula dengan gegabah diklaim orang yang tidak istiqamah, karena ke Istiqamahan seseorang hanya dapat ditentukan pada akhir kehidupannya (Lihat Hadits ke 4 dari Kitab ‘Arba’in An Nawawiyyah disusun oleh Imam An Nawawi)

Satu hal yang perlu dipahami pula bahwa sifat Istiqamah ini terkait dengan keImanan dan keImanan berkaitan erat dengan hati (al Qalb) sehingga keadaan dan sifatnya juga bersesuaian dengan hati, diantara sifat yang menonjol dari hati adalah berbolak-balik. Nabi bersabda : إنما سمي القلب من تقلبه

Artinya : dinamakan hati itu “qalb” karena (sifatnya) yang berbolak-balik. (HR. Ahmad).

Sifat hati yang tidak tetap inilah menyebabkan keadaan seseorang sulit diprediksi apakah ia akan tetap beriman (istiqamah) atau ia tidak berhasil mempertahankan keimanannya (tidak Istiqamah) sampai menginjak garis finish kehidupannya.

Urgensi Aqidah Tauhid

Sesuatu yang harus dipegang teguh (istiqamah) tentu memiliki nilai dan urgensi yang sangat penting, karena itu maka Aqidah Tauhid memiliki beberapa keutamaan dan peranan yang sangat penting yang harus dipegang teguh sampai Allah mewafatkan kita, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Aqidah Tauhid merupakan landasan utama diterimanya suatu amal.

Seseorang yang beramal dengan sebaik apapun amalnya dan sebesar apapun manfaatnya, namun ia tidak beraqidah tauhid maka amalan tersebut hanya akan menjadi sia-sia belaka, amalan tersebut tidak akan dinilai oleh Allah. Karena pada dasarnya orang yang tidak beraqidah tauhid adalah Musyrik. Allah menegaskan hal ini dalam firmanNya :

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Artinya : Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi (QS.Az Zumar (39) ayat 65).

Lihat pula Al Qur’an Surah Ali Imran(3) ayat 85.

2. Sebab utama kebahagiaan dunia.

Aqidah Tauhid membekali kita unsur-unsur pokok kebahagiaan diantaranya adalah syukur,qana’ah, ridha dan shabar. Dengan bersifat ridha, qana’ah dan mensyukuri setiap pemberian Allah sekalipun sedikit maka hati kita merasakan ketenangan. Dengan bersifat shabar terhadap setiap musibah yang menimpa kita maka hatipun tidak terombang-ambing. Pada sisi inilah sehingga Nabi memberikan pujian kepada orang yang beraqidah tauhid (beriman) dengan pujian Manusia Ajaib :

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Artinya : Alangkah ajaib (menakjubkan) urusan orang beriman, sesungguhnya urusannya seluruhnya adalah baik,tidak ada yang seperti itu seorangpun kecuali bagi orang yang beriman, jika ia diberikan kelapangan maka ia bersyukur maka hal itu adalah kebaikan baginya, dan jika ditimpakan kepadanya kesulitan maka ia bersabar maka hal itu adalah kebaikan baginya. (HR.Muslim, Ahmad dan Ad Daarimi).

3. Syarat utama masuk syurga di akhirat kelak.

Orang yang mati dalam keadaan tidak beraqidah tauhid (syirik) maka Allah tidak akan mengampuni dosanya dan masuk ke dalam neraka kekal di dalamnya. Sebaliknya jika ia mati dalam keadaan beristiqamah dengan aqidah tauhid maka ia pasti akan masuk syurga. Allah menegaskan dalam firman-Nya di Surah An Nisa(4) ayat 48. Rasulullah e bersabda :

مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارَ

Artinya : Barang siapa menemui Allah (mati) dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikit pun, pasti masuk syurga, tetapi barang siapa menemui-Nya (mati) dalam keadaan berbuat syirik kepada-Nya, pasti masuk neraka (HR. Muslim)

Dengan demikian tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali beraqidah tauhid dan mati dalam keadaan berpegang teguh dengannya.

Jalan Menuju Istiqamah

Agar kita dapat menjadi orang yang istiqamah dalam aqidah tauhid, maka ada beberapa jalan yang harus kita lalui, diantaranya :

1. Meluangkan Waktu untuk Mempelajari Ilmu Syar’i

Mempelajari Ilmu Syar’i dengan mendahulukan aqidah tauhid yang benar (Aqidah Tauhid As Salaf As Shalih) akan memberikan kemantapan dalam keyakinan kita, sementara mantapnya keyakinan merupakan modal utama untuk istiqamah. Lihat QS. Fathir (35) ayat 28.

2. Bergaul dengan teman-teman yang baik dan teguh aqidahnya

Kondisi keimanan kita sangat dipengaruhi oleh dengan siapa kita banyak berinteraksi. Rasulullah e membuat perumpamaan yang sangat relevan dengan konteks ini dalam sebuah hadits yang artinya : Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti ( orang yang bergaul dengan ) penjual minyak wangi dan tukang pandai besi , maka penjual minyal wangi jika ia tidak menghadiahkan kepadamu minyak wanginya , kamu membeli dari padanya atau kamu mendapatkan bau harum darinya, dan dengan tukang pandai besi maka bajumu akan terbakar atau kamu akan mendapatkan bau busuk daripadanya. (HR Muttafaq Alaih).

3. Banyak melakukan amal shalih dan menjauhi perbuatan maksiyat

Amal Shalih memiliki pengaruh langsung dengan bertambahnya iman kita, demikian pula perbuatan dosa dan maksiyat akan menyebabkan lemahnya iman kita. Para Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengambil istimbath dari ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits-hadits Nabi dengan mengatakan bahwa :

الإيمان يزيد وينقص يزيد بالطاعة وينقص بالمعاصي Artinya : Iman itu akan bertambah dan berkurang, bertambah dengan amal-amal ketaatan dan akan berkurang dengan perbuatan maksiyat.

4. Tidak terpengaruh dengan tipuan daya dunia

Salah satu faktor yang senantiasa mengancam keimanan kita adalah pengaruh dunia, jika ia menjadi sesuatu yang kita prioritaskan dan kita jadikan standar penilaian maka dunia akan menelan Iman kita sehingga suatu saat yang tidak disadari kita mati dalam keadaan iman kita habis ditelannya. (Lihat QS.2: 96, 57 : 20 )

5. Takut dengan su’ul khatimah (akhir hidup yang buruk)

Takut dengan su’ul khatimah akan kita rasakan dengan mengetahui dan merenungi akibat-akibatnya demikian pula dengan banyak membaca kisah-kisah dari orang yang mati dalam keadaan su’ul khatimah. Munculnya rasa takut dengan su’ul khatimah akan menyadarkan dan memotifasi kita untuk semakin menguatkan aqidah tauhid.

6. Senantiasa berdo’a

Berdo’a kepada Allah merupakan sebab yang paling kuat untuk istiqamah di jalan-Nya, karena di tangan-Nyalah hati kita yang merupakan tempatnya aqidah berada, Ia berkuasa membolak-balik sesuai kehendak-Nya.

Allah mengajarkan kita do’a seperti yang disebutkan dalam QS. 3 : 8, demikian pula Rasulullah e mengajarkan kita do’a : اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِك َ

Artinya : Ya Allah Yang membalik hati-hati manusia balikkan hati kami untuk (senantiasa) taat kepadaMu. (HR. Muslim)

Kamis, 05 Juli 2007

Doa2 Syekh

Musyari Rasyid

Tafsir ayat kursi (مَنْ ذَ الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ اِلاَّ بِإِذْنِه)

مَنْ ذَ الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ اِلاَّ بِإِذْنِه

Siapakah yang dapat memberi syafa’at disisiNya kecuali dengan izinNya

مَنْ = kata istimhamiyyahà siapa.

Berfungsi : - Pengingkaran

- Penafian

(Al Iman Ar Razy dalam tafsirnya)

Artinya “Tidak ada seorang pun disisiNya yang dapat memberi SYAFAAT kecuali dengan izin dan perintahnya

Bantahan (رد)

terhadap orang-orang musyrik à meyakini bahwa tidak sesembahan-sesembahanNya (إلا الله) dapat memberikan syafaat disisi Allah.

QS. 10 : 18

وَيَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ مَا لاَ يَضُرُّهُمْ

من à menurut Imam Asy-Syaukani.

“terdapat makna celaan dan teguran” kepada orang yang beranggapan bahwa sseorang adpat memberi manfaat kepada orang lain yaitu dapat memberi syafaat tanpa izin Allah SWT.

21 : 58, 53 : 26

Kata "ذا" à mempertegas makna penafian dan pengingkaran tersebut (Syaikh Ibnu Asyur).

Dalil-Dalil Lain :

QS 10 :13 39 : 44 53 : 26

20 : 109 21 : 28 78 : 38

Sujud Nabi SAW merupakan permohonan izin untuk berbica, beliau tidak akan memberi syafaat sampai dikatakan kepada beliau: Berilah syafaat, dan beliau lebih dahulu diajari beberapa kata untukmemberi izin (Tafsir At-Tahrir Wat Tanwiir oleh Ibnu Asyur)

FAIDAH :

1. Penjelasan tetang keagungan, kemuliaan dan kesombonganNya.

2. Penetapan bahwa syafaat itu haus dengan izinNya.

3. Penetapan adanya izin untuk memberi syafaat.

Tafsir ayat kursi (لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ)

لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ

KepunyaanNyalah segala sesuatu yang ada di langit dan segala sesuatu yang ada di bumi

لَهُ = khabar à didahulukan dari mubtada’nya مَا فِي السَّمَوَاتِ

(mendahulukan sesuatu yang asalnya di belakang) berfungsi untuk “menunjukkan arti pembatasan”

Karena itu, kalimat ini mengandung 2 arti :

1) الإثبات(penetapan) bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan segala sesuatu yang ada di bumi hanya milik Allah Jalla Jalaaluh.

2) النفي (penafian) kepemilikan dari selain Allah atas segala sesuatu yang ada di langit dan segala sesuatu yang ada di bumi

Kalimat ini mengajarkan TAUHID

Segala sesuatu yang ada à ismul maushul = kata sambung

Ismul Maushul termasuk bentuk kata yang menunjuk makna umum yang berarti “mencakup segala sesuatu yang ada”.

Kenapa bukan من pada لَهُ من فِي السَّمَوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ

Meskipun didalamnya terdapat makhluk berakal (من)

1) Al Qadhi Ibnu ‘Athiyyah & Imam Al Qurthuby : maksudnya adalah mencakup keseluruhan dan segala yang ada à ini tidak terwakili dengan من saja.

2) Al Utsaimin : untuk mencakup seluruh individu dan keadaan kenyataan. Kita akan mendapati bahwa individu dan keadaan lebih banyak daripada individu yang berakal saja sehingga (مَا) lebih dominan dari (من).

Pengulangan kata مَا à (penegasan)

ü Apa saja yang ada di langit ( له ما في السموات )

Malaikat, binatang-binatang, planet, bulan, matahari dan lainnya.

ü Apa saja yang ada di bumi ( وَمَا فِي الْأَرْضِ )

manusia, binatang, tumbuhan, rumah, mobil, patung, batu, besi, dll.

مَا فِي السَّمَوَاتِ à makhluk

مَا فِي الْأَرْضِ à makhluk

Ada yang menciptakan & Memiliki, memelihara, mengatur

à = Allah swt.

Karena itu sembah (cinta, takut, tunduk, taat, patuh) kepada له (kepada-Nya)

bukan kepada مَا فِي السَّمَوَاتِ dan مَا فِي الْأَرْضِ

Allah berfirman dalam QS. 41:37

Ayat-ayat yang memperkuat kalimat ini :

QS. 3 : 109, QS. 4 : 126,132,171 QS.Saba : 1 QS. 26 : 4

Ayat ini menetapkan dan menguatkan kandungan kalimat yang terdapat di awal ayat yang mulia ini (Allahu La Ilaha illa huwal) :

Beberapa Faidah :

1. Bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini adalah milik Allah Yang Maha Esa (harta kenikmatan, kekuasaan) bukanlah milik kita.

Kita hanya diberi hak menggunakna sebagai cobaan dan ujian

2. Bahwa seluruh alam ini adalah milik Allah Yang Maha Esa à Dia berhak mengaturnya sesuai dengan kehendakNya.

- Kita wajib bersabar atas semua ketetapannya (diri pribadi, keluarga, harta, teman-teman, negerinya atau seluruh umat manusia).

- Saat kita tertimpa musibah, kita ucapkan : إنا لله وإنا اليه راجعون

Biografi Ulama

Biografi Syekh Al Utsaimin
Nama lengkap dan nasab beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin Utsaimin Al Wahibi At Tamimi. Beliau dilahirkan di kota Unaizah pada tanggal 27 bulan Ramadhan tahun 1347 H di dalam lingkungan keluarga yang terkenal beragama dan istiqamah.
Beliau belajar Al Quran kepada kakeknya dari jalan ibu, Abdurrahman bin Sulaiman Ali Damigh Rahimahullah, dan beliau menghafalkan Al Qur'an 30 juz. Kemudian beliau menuntut ilmu, belajar menulis , berhitung, dan ilmu sastra. Beliau dikaruniai oleh Allah kecerdasan, dan semangat yang tinggi untuk mendalami ilmu lewat para Ulama yang terkenal di masanya. Karena itu Syaikh Abdurrahman As Sa'di menempatkan dua orang muridnya di kediamannya untuk mengajar beliau, yang seorang bernama Syekh Ali Ash Shalihi dan seorang lagi Syekh Muhammad bin Abdul Azizi Al Muthawi, yang kepadanya beliau belajar Mukhtasar Aqidah Wasithiyah tulisan Syekh Abdur Rahman As Sa'di dan Minhajus Salikin fil Fiqhi tulisan Syekh Abdurrahman juga, demikian pula Jurumiyah dan Alfiyah. Beliau belajar Faraidh dan Fikih kepada Syekh Abdurrahman bin Ali bin Audan.
Beliau belajar kepada Syekh Abdurrahman bin Nashir As Sa'di yang beliau anggap sebagai syekhnya yang pertama. Karena Al Utsaimin belajar kepada beliau tentang tauhid, tafsir, hadits, fikih, ushul fikih, faraidh, musthalah hadits, nahwu dan sharaf. Beliau mempunyai kedudukan khusus di sisi gurunya . Ketika ayah beliau syekh Muhammad Rahimahullah pindah ke Riyadh pada masa awal remaja beliau, beliau ingin ikut pindah bersama orang tuanya. Maka syekh Abdur Rahman As Sa'di menulis surat kepada ayah beliau "Sungguh ini tidak mungkin, kami ingin agar Muhammad tetap di sini supaya bisa terus belajar". Beliau berkata "Saya banyak terpengaruh oleh gaya syekh Abdurrahman dalam mengajar, memaparkan ilmu, dan memberikan pendekatan kepada siswa melalui contoh-contoh dan ilustrasi. Saya juga terpengaruh oleh akhlak beliau karena beliau memiliki keluasan ilmu dan ibadah. Beliau biasa mencandai anak-anak, tertawa dengan orang yang besar dan berakhlak yang paling baik diantara orang-orang yang pernah saya lihat.”
Al Utsaimin selanjutnya belajar kepada Syekh Abdul Azis Bin Abdullah bin Baz (Syekh Bin Baz) yang merupakan syekh beliau yang kedua. Beliau belajar dari Syekh Bin Baz tentang Shahih Bukhari, beberapa risalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan beberapa kitab fikih. Beliau berkata :" Saya terpengaruh oleh syekh bin Baz dari segi perhatian terhadap hadits. Saya juga terpengaruh oleh beliau dalam segi akhlak dan sikap lapang dada beliau terhadap manusia."
Pada tahun 1317, beliau mulai mengajar di Masjid Jami' . Ketika beberapa ma'had ilmi dibuka di kota Riyadh, beliau memasukinya pada tahun 1372 H. Beliau berkata : "Saya memasuki ma'had ilmi mulai tahun kedua. Saya memasukinya dengan persetujuan syaikh ali ash shalihi dan telah meminta ijin kepada syaikh abdurrahman As Sa'di. Mahad ilmi pada masa itu dibagi 2 bagian, yaitu bagian umum dan khusus. Saya berada di bagian khusus. Pada masa itu, siapa yang menginginkan melompat artinya belajar di kelasnya sesuai ijazah terakhirnya, kemudian diuji pada awal tahun pelajaran kedua. Jika ia lulus maka ia bisa mengikuti kelas atasnya. Dengan demikian, masa belajar menjadi lebih pendek." Dua tahun kemudian beliau lulus dan ditetapkan sebagai pengajar di Ma'had Unaizah Al Ilmi sambil melanjutkan kuliah jarak jauh di fakultas syariah dan belajar kepada syekh Abdur Rahman As Sa'di.
Ketika syaikh Abdur Rahman As Sa'di wafat, beliau diserahi kedudukan imam Masjid Jami' Al Kabir Unaizah dan mengajar di perpustakaan nasional Unaizah di samping mengajar di fakultas syariah dan fakultas ushuluddin di cabang Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud di Qashim, dan menjadi anggota Majelis Ulama Besar di Kerajaan Saudi. Syekh mempunyai aktivitas besar dalam dakwah dan pembimbingan para da'i di berbagai tempat. Pernah Syekh Muhammad bin Ibrahim menawari bahkan mendesak beliau untuk menduduki jabatan sebagai hakim, bahkan mengeluarkan keputusan yang menetapkan beliau untuk menjabat sebagai pimpinan pengadilan agama di Ihsa'. Namun beliau memohon dibebaskan dari tugas tersebut. Dan setelah memberikan berbagai pertimbangan dan mengadakan hubungan pribadi dengan syekh Muhammad bin Ibrahim, syekh Muhammad dibebaskan dari jabatan tersebut. Syekh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mempunyai banyak karya tulis, sampai sekitar 40 buah, di antaranya berupa kitab dan risalah. Insya Allah semua karya beliau akan dikodifikasikan menjadi satu kitab dalam Majmu'ul Fatawa war Rasa'il.
Beliau wafat pada tanggal 15 Syawal 1421 H/10 Januari 2001 M, Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin meninggal dunia waktu ashar di jeddah, Saudi Arabia, beliau mengidap penyakit kanker.

Minggu, 24 Juni 2007

Sumber kekuatan baru bukanlah uang yang berada dalam genggaman tangan beberapa orang, namun informasi di tangan orang banyak

Selasa, 12 Juni 2007

My Biodata

My name is Muh. Dhiyaul Haq, Nick name is uLh4Q/h@n!F, TTL is Macazzart, wedenesday, 17 oct, NOTEL 04115220394, I'm schhol in SMITER wahdah islamiyah, My hobbies is Playing Football, read the book and don't forget read the Al-Qur’anul Karim, my food favourites is nasgor.

“Setelah lapar akan datang kenyang, setelah dahaga akan datang kesegaran, setelah sakit pasti ada kesembuhan, setelah kefakiran akan datang kekayaan, dan kesedihan itu selalu dibarengi oleh kebahagiaan.

Tak terasa, umurq kini sudah 17 tahun, artinya kini, umurq semakin hari semakin berkurang. Hari-hari telah terlewatkan, pertanyaannya, apakah hari-hari tersebut diisi dengan amal sholeh? atau hal-hal yang sia?, atau bahkan yang lebih parahnya diisi dengan maksiat kepada Allah na'udzubillahi min dzalik, kuncinya introspeksi diri, bermuhasabah dan senantiasa ingat kepada Allah. Manfaatkanlah waktu yang singkat ini dengan beribadah dan beramal shaleh, bukankah 7an kita diciptkn di muka bumi ialah u/ beribadah ??? dan juga Rasululah bersabda :

من حسن الإسلام المرء تركه مالا يعنيه

Ya..., sebaik-baiknya Islam seseorang yaitu meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat baginya.
OK, see you later Wassalam.

Senin, 11 Juni 2007

Dhiyaulhaq Website

Website ini berisi biodata Dhiyaulhaq