Chat with me

Selasa, 28 Agustus 2007

KONSEP DAN METODE RUQYAH SYAR’IYYAH

(Oleh Muhammad Qasim Saguni)*

A. PENDAHULUAN

Kesurupan merupakan fenomena penyakit yang terjadi di hampir seluruh penjuru negeri kita. Bahkan juga terjadi di negeri jiran Malaysia dan Singapura. Yang menarik perhatian karena hal tersebut terjadi secara massal (baca: bersamaan) di satu sekolah dan menimpa siswa-siswi bahkan tidak luput juga gurunya.

Al Hafidz Ibnu Hajar Al Atsqalani Rahimahullah dalam “Fathul Baary” mengatakan kesurupan bisa jadi karena gangguan jin, dan tidak terjadi kecuali dari mereka yang berjiwa kotor; kemungkinan karena baiknya sebagian jenis manusia atau karena manusia menimpakan gangguan kepadanya.

Kesurupan pada hakikatnya adalah masuknya jin ke dalam tubuh manusia dari berbagai jalan, umumnya masuk lewat kepala dan menetap di otak manusia, dari otak inilah kemudian jin mengendalikan penyakit ke seluruh tubuh. Proses masuknya jin dalam tubuh manusia bisa terjadi dengan cara bekerjasama dengan manusia (tukang sihir, dukun, paranormal dan orang pintar) dan bisa juga masuk secara mandiri tanpa bekerjasama dengan manusia. Kesurupan merupakan gejala nyata dari gangguan jin atau sihir yang dilancarkan oleh orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya. (Lihat QS.Al Baqarah / 2 : 275).

Jika fenomena kesurupan ini tidak disikapi dan diantisipasi menurut syari’at Islam, maka dikhawatirkan kita terjatuh dalam kekufuran bahkan kesyirikan yang dapat menghapuskan segala amal-amal kebaikan (Lihat QS.Az Zumar / 39:65)

B. Ruqyah Syar’iyyah Sebagai Solusi Selamat

Al Qur’anul Karim merupakan konsep multidimensi, termasuk berfungsi sebagai penawar/obat. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْءَانِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا

Artinya : Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian (QS.Al Isra: 82 )

Kalau agama kita menyiapkan solusi terhadap masalah yang kita hadapi, maka untuk apa kita mencari solusi lain yang mengancam keselamatan dunia dan akhirat kita.

Terapi penyakit dengan membacakan ayat-ayat Al Qur’an dan do’a-do’a yang diajarkan oleh Nabi SAW kepada penderita disebut dengan “Ruqyah Syar’iyyah”. Prinsip terapi ini adalah mengharapkan kesembuhan dari Allah ‘Azza Wa jalla lewat perantaraan ayat-ayatNya, dengan tidak menyandarkan kesembuhan pada dzat Al Qur’an. Prinsip lain adalah tidak menggunakan jasa jin (al Isti’anah bil Jin), sebab hukum ber-isti’anah dengan jin adalah haram. Prinsip inilah yang membedakan dengan konsep terapi Perdukunan, Sihir, Paranormal dan Orang-orang pintar.

Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu pernah mengobati orang yang kesurupan (mashru’ ) dengan membacakan Al Qur’an dan dibenarkan oleh Nabi SAW. Abu Ya’la meriwayatkan dari Hanasy Ash Shagahani: dari Abdullah bin Mas’ud bahwa ia pernah membaca di telinga orang yang kena jin lalu sembuh. Kemudian Nabi SAW bertanya kepadanya: “Apa yang kamu baca ditelinganya?”. Ibnu Mas’ud berkata, aku baca: “ Afahasibtum annamaa khalaqnakum ‘abatsa……” sampai akhir surat. Lalu Nabi SAW bersabda: “Sekiranya ada orang yang mendapatkan taufiq membacanya kepada gunung niscaya akan pecah”.

B. Metode Ruqyah Syar’iyyah

Kesiapan Pasien:

Sebelum diobati, hendaklah si pasien di beri persiapan-persiapan sebagai berikut:

1. Si pasien dan keluarganya diberi pengetahuan dan petuah-petuah tentang aqidah Islam yang benar dan murni sehingga hatinya terlepas dari ketergantungan terhadap selain Allah.

2. Jelaskan perbedaan metode pengobatan yang anda tempuh dengan metode pengobatan yang dilakukan oleh ahli sihir dan dukun, serta jelaskan kepada si pasien bahwa Al-Qur’an itu mengandung obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.

3. Jika si pasien itu memakai jimat-jimat, maka hendaklah di buang dan di bakar.

4. Jika si pasien itu wanita, maka persiapan pengobatan hendaklah ditambah dengan hal-hal berikut :

a. Janganlah dimulai pengobatan kecuali jika pakaiannya sudah rapi dan tertutup, yang sekiranya tidak akan tersingkap pada saat pengobatan berlangsung.

b. Janganlah dimulai pengobatan kecuali jika terdapat seorang muhrim yang menemaninya.

c. Janganlah diperkenankan orang lain yang bukan mahramnya masuk ke dalam tempat pengobatan itu.

Kesiapan Roqi(Yang mengobati)

Salah satu faktor keampuhan terapi ini adalah ilmu, aqidah dan kekuatan Iman yang dimiliki oleh roqi. Karena itu beberapa sifat yang harus dimiliki oleh roqi adalah sebagai berikut:

1. Hendaklah ia mempunyai aqidah yang bersih dan murni yaitu Aqidah Generasi As Salaf As Sholih

2. Hendaklah merealisasikan tauhid yang murni dalam ucapan dan perbuatannya.

3. Hendaklah ia yakin (dengan seyakin-yakinnya) bahwa firman Allah mempunyai pengaruh yang dahsyat untuk mengusir jin dan setan.

4. Hendaknya ia mengetahui seluk-beluk jin dan setan.

5. Hendaknya ia sudah beristri atau bersuami.

6. Hendaknya menjauhi perbuatan-perbuatan haram yang menjadi penyebab masuknya setan.

7. Hendaknya konsekuen dengan kepatuhan dan ketaatan beragama, karena hal itu menjadi perisai dari gangguan setan.

8. Hendaknya ia senantiasa berdzikir kepada Allah, karena hal itu menjadi benteng terkuat untuk menangkal serangan setan. Dan ini biasa dilakukan Rasulullah dalam kehidupan beliau sehari-hari.

9. Hendaklah berniat ikhlas karena Allah ketika mengobati dan semata-mata bermaksud untuk menolong orang yang teraniaya (kesurupan) itu.

10. Hendaklah ia memohon kepada Allah agar berkenan membantunya dalam mengusir setan.

11. Jauhkanlah tempat pengobatan itu dari lagu-lagu, musik dan lainnya.

12. Jauhkanlah tempat pengobatan itu dari perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum seperti: laki-laki memakai emas atau wanita yang bermake-up dan pamer aurat.

13. Membuang gambar-gambar yang menjurus pada kesyirikan dan menjauhkan anjing dari rumah, agar malaikat sudi masuk ke dalamnya.

14. Jika ia perempuan maka ia dan yang diobati wajib menutup aurat secara benar.

Tahap Terapi

1. Dalam melakukan terapi, pertama-tama hendaklah anda meletakkan tangan anda di atas kepala si pasien, lalu bacalah surat dan ayat-ayat yang dapat mengusir setan (Lihat Lampiran Ayat-ayat dalam buku Kesurupan Jin dan terapinya). Metode ini akan mempengaruhi jin dengan salah satu dari dua hal:

a). Jin itu terusir dan keluar dari tubuh pasien tanpa berbicara sedikitpun kepada anda. Dan untuk ini anda telah dicukupkan oleh Allah dari kejahatannya.

b). Timbul gejala tarik menarik dan goncangan jin pada si pasien dimana ia berusaha untuk dapat berbicara dengan anda. Untuk itu kita berusaha mengusir dan mengeluarkan jin itu dari tubuh si penderita.

2. Jika jin tersebut menyatakan kesediaannya untuk keluar dari tubuh penderita, maka diambil janjinya, sebagai berikut:

“Aku (jin) berjanji kepada Allah untuk keluar dari jasad ini. Dan aku berjanji tidak akan kembali kepadanya dan kepada salah seorang dari kaum muslimin. Jika aku ingkar terhadap janji ini, mudah-mudahan Allah, malaikat dan seluruh manusia melaknatku. Ya Allah, jika aku benar (akan keluar), maka permudahlah jalan keluar bagiku. Dan jika aku dusta, maka kuatkanlah kaum muslimin terhadapku. Sesungguhnya Allah sebagai saksi terhadap apa yang kuucapkan.”

3. Tetapi jika jin tersebut tetap membandel, maka bacakan terus ayat-ayat Al Qur’an sehingga ia merasa kepanasan, kesakitan dan menyatakan kesiapan keluar.

Wallahu Ta’ala A’la Wa ‘Alam


* Disajikan dalam acara Seminar menyingkap Misteri Alam Ghaib, diselenggarakan oleh Wahdah Islamiyah cabang Muna, pada hari Kamis, 26 Rabi’ul Akhir 1427H -25 Mei 2006 M

ISTIQAMAH DALAM BERAQIDAH TAUHID

Oleh : Muhammad Qasim Saguni

Menjadi orang yang istiqamah dalam beraqidah tauhid merupakan dambaan setiap Mu’min sejak generasi dahulu (As Salafus Shalih) sampai generasi di akhir zaman. Betapa tidak, nilai dan derajat seseorang di sisi Allah Azza Wa Jalla terletak pada keistiqamahannya didalam memegang teguh nilai-nilai ajaran aqidah yang benar (Al Islam) sampai ia meninggalkan dunia yang fana ini. Jaminan yang menantinyapun tidak tanggung-tanggung berupa tempat kenikmatan yang tiada taranya yaitu Syurga (Lihat Al Qur’an Surah Fushshilat(41) ayat 33. Dan diantara ketakutan yang paling sangat dari para sahabat Nabi sekalipun adalah takut mengakhiri hidupnya dalam keadaan tidak istiqamah dengan aqidah tauhid, padahal mereka itu dikatakan oleh Nabi sebagai “Khairun Naas” ( sebaik-baik manusia).

Untuk mencapai derajat itu kita mesti siap mengorbankan harta, perasaan, waktu, fikiran, bahkan jiwa sekalipun demi mempertahankan nilai yang sangat tinggi itu. Lihat firman Allah dalam surat Ali Imran (3) ayat 142.

Konsep ini telah diperankan dengan sebaik-baiknya oleh para Nabi dan Rosul ‘Alaihimus Shalatu was Salam serta para Sahabat Radiyallahu ‘Anhum ‘Ajmain sehingga mereka itu dijadikan oleh Allah sebagai standar dan teladan dalam beristiqamah dengan aqidah tauhid.

Esensi Istiqamah

Nabi memberikan isyarat tentang esensi sesungguhnya dari sifat istiqamah di dalam sebuah haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari :

وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا

Artinya : Sesungguhnya amalan-amalan itu terletak pada penghabisan (umur)nya.

Dari hadits tersebut dapat dipahami bahwa esensi dari istiqamah adalah komitmen dengan aqidah tauhid dengan berbagai tuntutan dan konsewensinya sampai akhir hayat. Orang yang mati dalam keadaan seperti ini disebut juga dengan “Husnul Khatimah”. Itulah sebabnya seseorang yang sekarang ini melakukan amalan-amalan baik (amalan ahli syurga) tidak boleh terburu-buru kita klaim telah Istiqamah, sebaliknya orang yang sampai sekarang ini masih juga bergelimang dengan amalan-amalan ahli neraka tidak boleh pula dengan gegabah diklaim orang yang tidak istiqamah, karena ke Istiqamahan seseorang hanya dapat ditentukan pada akhir kehidupannya (Lihat Hadits ke 4 dari Kitab ‘Arba’in An Nawawiyyah disusun oleh Imam An Nawawi)

Satu hal yang perlu dipahami pula bahwa sifat Istiqamah ini terkait dengan keImanan dan keImanan berkaitan erat dengan hati (al Qalb) sehingga keadaan dan sifatnya juga bersesuaian dengan hati, diantara sifat yang menonjol dari hati adalah berbolak-balik. Nabi bersabda : إنما سمي القلب من تقلبه

Artinya : dinamakan hati itu “qalb” karena (sifatnya) yang berbolak-balik. (HR. Ahmad).

Sifat hati yang tidak tetap inilah menyebabkan keadaan seseorang sulit diprediksi apakah ia akan tetap beriman (istiqamah) atau ia tidak berhasil mempertahankan keimanannya (tidak Istiqamah) sampai menginjak garis finish kehidupannya.

Urgensi Aqidah Tauhid

Sesuatu yang harus dipegang teguh (istiqamah) tentu memiliki nilai dan urgensi yang sangat penting, karena itu maka Aqidah Tauhid memiliki beberapa keutamaan dan peranan yang sangat penting yang harus dipegang teguh sampai Allah mewafatkan kita, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Aqidah Tauhid merupakan landasan utama diterimanya suatu amal.

Seseorang yang beramal dengan sebaik apapun amalnya dan sebesar apapun manfaatnya, namun ia tidak beraqidah tauhid maka amalan tersebut hanya akan menjadi sia-sia belaka, amalan tersebut tidak akan dinilai oleh Allah. Karena pada dasarnya orang yang tidak beraqidah tauhid adalah Musyrik. Allah menegaskan hal ini dalam firmanNya :

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Artinya : Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi (QS.Az Zumar (39) ayat 65).

Lihat pula Al Qur’an Surah Ali Imran(3) ayat 85.

2. Sebab utama kebahagiaan dunia.

Aqidah Tauhid membekali kita unsur-unsur pokok kebahagiaan diantaranya adalah syukur,qana’ah, ridha dan shabar. Dengan bersifat ridha, qana’ah dan mensyukuri setiap pemberian Allah sekalipun sedikit maka hati kita merasakan ketenangan. Dengan bersifat shabar terhadap setiap musibah yang menimpa kita maka hatipun tidak terombang-ambing. Pada sisi inilah sehingga Nabi memberikan pujian kepada orang yang beraqidah tauhid (beriman) dengan pujian Manusia Ajaib :

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Artinya : Alangkah ajaib (menakjubkan) urusan orang beriman, sesungguhnya urusannya seluruhnya adalah baik,tidak ada yang seperti itu seorangpun kecuali bagi orang yang beriman, jika ia diberikan kelapangan maka ia bersyukur maka hal itu adalah kebaikan baginya, dan jika ditimpakan kepadanya kesulitan maka ia bersabar maka hal itu adalah kebaikan baginya. (HR.Muslim, Ahmad dan Ad Daarimi).

3. Syarat utama masuk syurga di akhirat kelak.

Orang yang mati dalam keadaan tidak beraqidah tauhid (syirik) maka Allah tidak akan mengampuni dosanya dan masuk ke dalam neraka kekal di dalamnya. Sebaliknya jika ia mati dalam keadaan beristiqamah dengan aqidah tauhid maka ia pasti akan masuk syurga. Allah menegaskan dalam firman-Nya di Surah An Nisa(4) ayat 48. Rasulullah e bersabda :

مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارَ

Artinya : Barang siapa menemui Allah (mati) dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikit pun, pasti masuk syurga, tetapi barang siapa menemui-Nya (mati) dalam keadaan berbuat syirik kepada-Nya, pasti masuk neraka (HR. Muslim)

Dengan demikian tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali beraqidah tauhid dan mati dalam keadaan berpegang teguh dengannya.

Jalan Menuju Istiqamah

Agar kita dapat menjadi orang yang istiqamah dalam aqidah tauhid, maka ada beberapa jalan yang harus kita lalui, diantaranya :

1. Meluangkan Waktu untuk Mempelajari Ilmu Syar’i

Mempelajari Ilmu Syar’i dengan mendahulukan aqidah tauhid yang benar (Aqidah Tauhid As Salaf As Shalih) akan memberikan kemantapan dalam keyakinan kita, sementara mantapnya keyakinan merupakan modal utama untuk istiqamah. Lihat QS. Fathir (35) ayat 28.

2. Bergaul dengan teman-teman yang baik dan teguh aqidahnya

Kondisi keimanan kita sangat dipengaruhi oleh dengan siapa kita banyak berinteraksi. Rasulullah e membuat perumpamaan yang sangat relevan dengan konteks ini dalam sebuah hadits yang artinya : Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti ( orang yang bergaul dengan ) penjual minyak wangi dan tukang pandai besi , maka penjual minyal wangi jika ia tidak menghadiahkan kepadamu minyak wanginya , kamu membeli dari padanya atau kamu mendapatkan bau harum darinya, dan dengan tukang pandai besi maka bajumu akan terbakar atau kamu akan mendapatkan bau busuk daripadanya. (HR Muttafaq Alaih).

3. Banyak melakukan amal shalih dan menjauhi perbuatan maksiyat

Amal Shalih memiliki pengaruh langsung dengan bertambahnya iman kita, demikian pula perbuatan dosa dan maksiyat akan menyebabkan lemahnya iman kita. Para Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengambil istimbath dari ayat-ayat Al Qur’an dan Hadits-hadits Nabi dengan mengatakan bahwa :

الإيمان يزيد وينقص يزيد بالطاعة وينقص بالمعاصي Artinya : Iman itu akan bertambah dan berkurang, bertambah dengan amal-amal ketaatan dan akan berkurang dengan perbuatan maksiyat.

4. Tidak terpengaruh dengan tipuan daya dunia

Salah satu faktor yang senantiasa mengancam keimanan kita adalah pengaruh dunia, jika ia menjadi sesuatu yang kita prioritaskan dan kita jadikan standar penilaian maka dunia akan menelan Iman kita sehingga suatu saat yang tidak disadari kita mati dalam keadaan iman kita habis ditelannya. (Lihat QS.2: 96, 57 : 20 )

5. Takut dengan su’ul khatimah (akhir hidup yang buruk)

Takut dengan su’ul khatimah akan kita rasakan dengan mengetahui dan merenungi akibat-akibatnya demikian pula dengan banyak membaca kisah-kisah dari orang yang mati dalam keadaan su’ul khatimah. Munculnya rasa takut dengan su’ul khatimah akan menyadarkan dan memotifasi kita untuk semakin menguatkan aqidah tauhid.

6. Senantiasa berdo’a

Berdo’a kepada Allah merupakan sebab yang paling kuat untuk istiqamah di jalan-Nya, karena di tangan-Nyalah hati kita yang merupakan tempatnya aqidah berada, Ia berkuasa membolak-balik sesuai kehendak-Nya.

Allah mengajarkan kita do’a seperti yang disebutkan dalam QS. 3 : 8, demikian pula Rasulullah e mengajarkan kita do’a : اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِك َ

Artinya : Ya Allah Yang membalik hati-hati manusia balikkan hati kami untuk (senantiasa) taat kepadaMu. (HR. Muslim)